Halaman

Rabu, 30 November 2011

DUA BELANDA



sepasang kulit putih datang bertandang. berhelai-helai rambut jagung
menempel diatas kulit kepala tak bersandang. langkah mereka panjangpanjang
diikuti masa bayangbayang masa silam, lalu menjejak santai
dimuka rumah gadang

tangan melambai mencari arah
barangkali tanah khatulistiwa ini berencana hendak digadai

sosok pribumi datang menghadap, membawa kulit tipis dan tulang sendiri

lama menunggu
selama waktu begadang malammalam menyusun peta gerilya
melawan pasukan sudirman

pribumi itu kembali lagi bersama kedapkedip mata, melangkah mengendap
seimbang piringpiring rekat disepanjang lengan. lalu menumpuknya satusatu
diatas meja lapuk. senyum penatnya berhias keramahan, memperlihatkan
rona bangsa pulang me-rodi

barangkali darah kolonial masih tersenjungsanjung disini. berebut antrian
menjadi budak van den bosch, mengadaptasi kembali korupsi khas voc

tak perlulah menunggu daventer menuntun etis berpolitik
tak perlu pula menunggu maltatuli menyelesaikan max havelaar-nya
saat ini, bangsa hanya harus bersiap pada asosiasiasosiasi pikiran snouck hurgronje
karena kemerdekaan memberikan keuntungan disisi sial pribumi
karena pribumi ini terlanjur bangga berdaulat diantara; gempa bumi, banjir bandang, puting beliung, tsunami, semburan lumpur.
bahkan separatis dan teroris.
apalagi kemiskinan dan kebodohan sebab korupsi

sementara nasib kuli kontrak mengingatkan atas penjelajahan bumiputera
menuju suriname-----terpaksa tak kembali pada kebiasaan tanah air
yang dipenuhi arus angin dan ramai perang ditengah pusaranya.
para petani terpaksa menanam padi diladang dan kebun yang tak lagi bertanah.
para nelayan sudah lupa pula bagaimana rasanya asin garam
bangsa ini sekedar hidup diera reformasi
yang sepi perubahan selain anarki dan demonstrasi

sepasang mata biru belanda salang bertatap, tersenyum sinis
diatas piringpiring yang telah lama menetap----dua gunung nasi dengan sayap ayam bersolek kuah basi
ditambah pula sambal menyengat hidung
( bukan perkara impera atau adu domba lagi,tapi kambing hitam dan kambing putih )
mengingatkan haru biru; ini bukan hindia-belanda lagi
selain pesona dam yang masih membendung sungai dan laut disini
seraya mencicip rindu, bagaimana nasi belanda kabarnya kini?dua belanda

1 komentar: