Halaman

Sabtu, 03 Desember 2011

Tentang Tanya dan Jawab

          Wah, baru ketemu komputer lagi di warnet. Maklumlah kemarin-kemarin semua komputer disini dirumahkan dulu karena kebanjjiran.
               Pas saling tatap muka ama layar komputer gw langsung buka blog baru gw ini ( yang maaf  isinya baru secuil ). Tp gw malah bingung mo nulisan apa coba? Padahal lumayan juga kan waktu mikir gw bisa nambah biaya gw ngenet disini. Tapi tiba-tiba saja gw inget dengan teman yg baru gw kenal beberapa bulan ini. Yap, dialah USUP SUPRIYADI. Cowok yang sekilas ganteng kayak mirip artis sinetron. Dan, saat ini dialah yng pertama kali ikut blog gue dan satu-satunya pula ( menyedihkan.....ayo dong yang lainnya )
          Awalnya kita bertemu di sebuah forum sastra gitu, dan baru benar-benar bisa saling tatap muka pas pelantikan anggota baru organisasi tsb di kebun raya Bogor ( enak ngadem disana sembari ngintip orang pacaran dibalik-balik pohon ).
         Setelah semua fase dalam pelantikan itu kita lalui dengan baik, ada sedikit kuliah dari Pak Beni---penasehat utama dari forum sastra ini. Sebenarnya Pak Beni sendiri enggan disebut salah satu pengurus di organisasi tersebut. Dia lebih senang disebut penggembira. Meskipun menurut gw yg namanya merhatiin orang cuap-cuap didepan mata tak pernah sedikitpun menggembirakan hati. Plis, deh, Pak Beni kalau emang punya obsesi tak tersampaikan menjadi artis jangan jadikan kami tempat pelampiasanmu!!!!
         Setelah puas dan bangganya dengan cuap-cuap itu, ia langsung melemparkan pada khalayak----bahasanya cuy khalayak. "Ada yang mo bertanya?"
          Sama saat sekolah dulu, kalau ada guru bertanya begitu, kami semua pasti diam. Entah emang dah ngerti. Entah emang ga nyimak. Entah pula malu-malu ( ingat, malu bertanya sesat dijalan. Sering bertanya digaplok orang )
        Kalau bagi gw sih jelas emang gw gak nyimak dengan baik (sebagai ungkapan lain gw anak bego, karena memang gw anak satu-satunya yang tak tahu bangku kuliah. Ya, setidaknya gw pernah merasakan bangku sekolah meskipun sudah lupa bagaimana rasanya. Coklatkah? Vanilla? Stroberi?)
        Ketika kita pulang dari acara pelantikan anggota baru itu, tiba-tiba Usup Supriyadi si teman baruku ini ngomong sama aku, "Saat Pak Beni ngomong ada yang mo bertanya, sebenarnya gw punya satu pertanyaan".
     "Apa?", sambut gw santai.
    "Mengapa kita harus bertanya?".
Tanpa mikir panjang-panjang, mulut gw langsung nganga. Kalo semisal ada lalat, bisa jadi mulut gw disangka gua. Didalam hati gw ngejek si teman baruku ini, dasar anak bego!!! ( Semoga saja dia tidak marah dengan sebutanku ini. Lagipula kan dah gw bilang dia ganteng kayak artis sinetron  hehehe...cari pembelaan)
     Untungnya gw segera sadar sebelum ada lalat yg masuk mulut gw. Gw langsung nyahut, " Pak Beni pasti akan ngejawab begini, mengapa pula saya harus berjawab?".
      Ajaibnya si Usup ini langsung menjawab sendiri pertanyaannya ini. Gw jadi heran, sebenarnya dia emang murni pengen bertanya apa mo ngetes Pak Beni aja? Tadi aku yang ngumpat nyebut bego sama dia, segera aku ralat lagi jadi sok pintar!!!!!
        Karena emang pengetahuan sastra dia jauh diatas rata-rata dibanding gw, akhirnya kebawa juga segala penjelasan yang dia berikan itu dikepala gw.
    Gw akui si usup itu emang pinter. Setelah melakukan persemedian di gunung gede selama berbulan-bulan, kira-kira begini maksud si Usup Supriyadi itu; kalau kita mendengar segala penjelasan dari guru, dosen, narasumber, ataupun dari orang pintar lainnya ( jangan menyertakan dukun dalam hal ini meski sebelumnya gw telah melakukan persemedian atas saran Ki Joko Stupid), maka jelas sekali kita hanya dituntut untuk tahu. Tak lebih dari itu. Otomotis, biasanya, tidak akan ada pertanyaan. Kalau kita ingin mengerti justru harus melakukan praktek dulu. Nah, justru disaat melakukan prakteklah bakal muncul banyak pertanyaan. So buat para guru jangan memaksakan murid-muridnya untuk bertanya sebelum melakukan prakteknya.
         Terkait dengan wacana diatas pula yang tengah gw bahas, seringkali pula kita mendengar seseorang berkata begini, "Malam pertama itu gak perlu diajarin, nanti juga tahu sendiri".
      Hanya sekedar tahu? Belum tentu mengerti, bukan? Berabe kalau sampai pada saat malam pertama terjadi insiden salah lubang.
       Makanya, akhir-akhir ini si teman baruku ini, Usup Supriayadi sering SMS ke gw. Temanya ga jauh-jauh dari seputar sex dan apapun hal yang berkaitan dengannya. Ujung-ujungnya selalu menggairahkan; mengajak gw untuk melakukan praktek dan dia siap untuk mengajari gw. what????????

Rabu, 30 November 2011

DUA BELANDA



sepasang kulit putih datang bertandang. berhelai-helai rambut jagung
menempel diatas kulit kepala tak bersandang. langkah mereka panjangpanjang
diikuti masa bayangbayang masa silam, lalu menjejak santai
dimuka rumah gadang

tangan melambai mencari arah
barangkali tanah khatulistiwa ini berencana hendak digadai

sosok pribumi datang menghadap, membawa kulit tipis dan tulang sendiri

lama menunggu
selama waktu begadang malammalam menyusun peta gerilya
melawan pasukan sudirman

pribumi itu kembali lagi bersama kedapkedip mata, melangkah mengendap
seimbang piringpiring rekat disepanjang lengan. lalu menumpuknya satusatu
diatas meja lapuk. senyum penatnya berhias keramahan, memperlihatkan
rona bangsa pulang me-rodi

barangkali darah kolonial masih tersenjungsanjung disini. berebut antrian
menjadi budak van den bosch, mengadaptasi kembali korupsi khas voc

tak perlulah menunggu daventer menuntun etis berpolitik
tak perlu pula menunggu maltatuli menyelesaikan max havelaar-nya
saat ini, bangsa hanya harus bersiap pada asosiasiasosiasi pikiran snouck hurgronje
karena kemerdekaan memberikan keuntungan disisi sial pribumi
karena pribumi ini terlanjur bangga berdaulat diantara; gempa bumi, banjir bandang, puting beliung, tsunami, semburan lumpur.
bahkan separatis dan teroris.
apalagi kemiskinan dan kebodohan sebab korupsi

sementara nasib kuli kontrak mengingatkan atas penjelajahan bumiputera
menuju suriname-----terpaksa tak kembali pada kebiasaan tanah air
yang dipenuhi arus angin dan ramai perang ditengah pusaranya.
para petani terpaksa menanam padi diladang dan kebun yang tak lagi bertanah.
para nelayan sudah lupa pula bagaimana rasanya asin garam
bangsa ini sekedar hidup diera reformasi
yang sepi perubahan selain anarki dan demonstrasi

sepasang mata biru belanda salang bertatap, tersenyum sinis
diatas piringpiring yang telah lama menetap----dua gunung nasi dengan sayap ayam bersolek kuah basi
ditambah pula sambal menyengat hidung
( bukan perkara impera atau adu domba lagi,tapi kambing hitam dan kambing putih )
mengingatkan haru biru; ini bukan hindia-belanda lagi
selain pesona dam yang masih membendung sungai dan laut disini
seraya mencicip rindu, bagaimana nasi belanda kabarnya kini?dua belanda