Ulang tahun! Ulang
tahun!
Bulan ini, akhir bulan Juli ini, saya
bakal meniup dan memadamkan lilin kehidupan saya. Tentu saja, sebelum aku
meniup lilin itu, saya akan menyertakan pengharapan besar diantara desahan
nafas saya, hingga akhirnya, ketika lilin itu padam, semuanya seperti
keterlanjuran---saya tak dapat meminta apa-apa lagi selain yang telah didoakan
sebelum lilin itu padam
Diusia saya yang menginjak angka
kedewasaan itu, tak pernah sekalipun saya menemukan yang namanya kebenaran,
keadilan, kebajikan, ataupun segala hal yang begitu diharapkan oleh semua insan
manusia dimuka bumi ini. Dalam doa lilin ulang tahunku nanti, aku belum
menentukan doa macam apa yang mesti kupanjatkan. Wajarkah apabila aku meminta
hal-hal yang tak selayaknya terwujud seperti hal-hal diatas?
Yang aku tahu, apa yang dianggap
kebenaran bagi sebagian besar umat manusia rata-rata berasal dari pembenaran
yang diterapkan oleh seseorang. Oleh sebab itu, saya berpikir, barangkali hal
yang pantas aku lakukan tidaklah cukup dengan doa saja. Tindakan nyata mesti
saya lakukan, karena pembenaran diatas segala-galanya. Singkatnya, apabila saya
ingin sukses, saya harus berani melabrak segala tradisi dan apapun yang telah
umum dianggap benar dalam masyarakat. Barangkali juga, tak ada salahnya saya
membuat pembenaran yang lain, karena setiap hal memiliki sudut pandang yang
salah dan benar. Semutla-mutlaknya kebenaran pastilah ada sisi salahnya yang
dapat meruntuhkan satu kebenaran tersebut.
Begitupula halnya dengan keadilan,
karena memang yang ada itu hanya pengadilan.
Ketika kita berada didalam ruang sidang
jelaslah yang kita cari bukanlah keadilan. Kita hanya butuh satu pembenaran
saja agar persidangan itu mau adil terhadap pihak kita. Dan, saat kita kalah
yang dapat kita andalkan hanyalah keikhlasan. Keiklahasan adalah satu-satunya
hal yang dapat membohogi kita dalam mendapatkan rasa adil. Selebihnya, kita
tunggu waktu yang tepat dan usahakan sekeras-kerasnya agar pembenaran yang kita
buat diamini oleh hakim dan masyarakat.
Di ulang tahun saya ke-24 ini
rasanya terlalu naïf apabila saya bersikap patuh. Seperti yang telah diutarakan
diatas pembenaran merupakan cara hidup yang paling bisa ditolerir. Untuk membuat
pembenaran juga tak bisa sembarangan. Buku-buku yang berisi berbagai macam
pembenaran dari penulisnya adalah sumber bagi saya untuk menentukan arah hidup
saya kedepannya dengan berbagai macam pembenaran.
Namun sebelum segalanya terwujud, aku
akui, sepanjang umur yang telah saya jalani adalah segalanya tentang kegagalan.
Saya yakin apa yang saya pikirkan telah melampaui zamannya hingga belum bisa
diterima oleg sebagian besar masyarakat. Hasilanya, tentu saja terjatuh dan
terjatuh. Yah itulah yang namaya pembenaran yang dapat memberikan jalan
seadil-adilnya terhadap kehidupan kita.
Barangkali doa yang paling tepat aku
panjatkan saat meniup lilin ke-24 nanti adalah waktu tak cepat berlalu, waktu
mampu menyimpan setiap detaknya untuk hal-hal yang lebih penting. Ya, saya
berharap lilin ke-25 dan lilin-lilin berikutnya tak segera datang meghampiri
sebelum saya mendapatkan pijakan yang tepat dimuka bumi ini.